BOLAGILA – Indonesia kembali dikhawatirkan masuk fase hiperendemi. Hiperendemi dan endemi sama-sama menunjukkan penyakit yang mewabah terus menerus di suatu wilayah.
Tetapi, hiperendemi terjadi saat jumlah kasus hingga usia yang terpapar penyakit lebih luas. Misalnya, di Indonesia adalah penyakit malaria.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubaeri Djoerban menyebut risiko hiperendemi bisa terjadi saat aturan pembatasan terkait COVID-19 terlalu diperlonggar.
Pemerintah disebutnya harus menyiapkan skenario transisi menuju endemi dengan kehati-hatian. “Kalau longgarnya kebablasan, bisa-bisa malah menjadi hiperendemi, alih-alih menuju endemi,” pesan dia, dalam cuitan Twitter pribadinya @ProfesorZubairi.
Menurut Prof Zubairi, bukan hanya penurunan laju penularan, infeksi kasus baru, dan kematian menjadi perhitungan saat menjalani transisi menuju endemi COVID-19. Cakupan vaksinasi termasuk berapa lama antibodi bertahan pasca vaksinasi juga perlu dianalisis lebih lanjut.
Terlebih, di tengah cakupan vaksinasi Corona yang masih bervariasi dan belum merata di sejumlah wilayah. Hal ini menjadi catatan pemerintah untuk membuka jalan hidup bersama COVID-19.
“Kita harus mempersiapkan juga kapasitas layanan kesehatan untuk mengelola lonjakan kasus di masa depan. Mitigasi ini harus ada,” tegas dia.
Bukan suatu hal yang mustahil jika ke depan lonjakan kasus COVID-19 bisa terjadi.
“Saya rasa situasi yang membaik ini momentum yang pas untuk mempersiapkan transisi. Ya syaratnya harus ada koordinasi yang solid semua pihak dan tidak boleh menurunkan kewaspadaan,” pungkas dia.
Ia sekaligus menggambarkan wabah virus yang sebelumnya pandemi berakhir menjadi endemi seperti influenza H1N1 1918 dan SARS-CoV-1 yang mewabah di 2002 dan berhenti di Juli 2003, sempat muncul lagi di Tiongkok tahun 2004.
Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya membeberkan skenario kasus infeksi Corona yang bisa terjadi saat Indonesia masuk endemi, dan tengah menghadapi varian baru di 2022 seperti berikut.
- Skenario kasus dihadang varian baru: 3,9 juta kasus sepanjang 2022
- Skenario kasus di endemi: 1,9 juta kasus sepanjang 2022